Dalam essay ini, saya akan mencoba
menjelaskan mengenai segala sesuatu tentang cabai. Seperti yang telah kita tahu
bahwa harga cabai sedang melonjak tinggi. Tentu ini telah menjadi pertanyaan
yang besar dalam benak rakyat indonesia. Apa yang sebenarnya terjadi dengan
harga cabai di Indonesia? Apa yang menjadi faktor kenaikan harga cabai lokal?
Apakah masuknya cabai lokal ke Indonesia mempengaruhi penjualan cabai lokal?
Apa pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia?
III.a. Faktor – Faktor Yang Dianggap Sebagai Pemicu Kenaikan
Harga Cabai Di Indonesia.
Kita mengetahui bahwa apabila ada akibat, pasti ada sebab di belakang semua
ini. Kita akan melihat beberapa faktor yang memicu kenaikan harga cabai di
Indonesia.
Menurut Hasannudin Ibrahim, Direktur Jenderal Hortikultura, permasalahan
tingginya harga cabai yang terjadi di Indonesia hanya terjadi pada para
pedagang saja, sedangkan pada petani, hanya sekitar Rp. 20.000,00 per kilogram
nya.
Menurut beliau, ada empat faktor yang memicu naiknya harga cabai pada saat
sampai pada tangan pedagang, diantaranya;
a. Tanaman cabai merupakan komoditas
barang yang cepat membusuk jika terkena hujan terus menerus.
b. Biaya transportasi menjadi sangat
mahal pada saat musim hujan karena terjebak kemacetan dan resiko yang cukup
tinggi dalam hal keselamatan.
c. Bunga bank yang relatif tinggi
hingga petani cabai sulit untuk mendapatkan modal.
d. Maraknya pungutan liar dalam proses
pengiriman cabai ke tangan pedagang sehingga membuat harga nya semakin mahal.
Kepala Badan Pusat Statistik ( BPS
), Rusman Heriawan pun mengemukakan pendapatnya tentang kenaikkan harga cabai
di Indonesia. Beliau mengemukakan bahwa kenaikkan harga cabai dikarenakan
anomali musim, yang menyebabkan produktifitas cabai menurun, seperti kurangnya
sinar matahari, busuk, ada penyakit jamur, kuning, dan patek.
Disini kita bisa menyimpulkan bahwa
faktor cuaca adalah faktor yang paling mempengaruhi kenaikkan harga cabai di
Indonesia. Cuaca yang tidak menentu, membuat para petani bingung. Pada awal tahun
2010, BMKG mengemukakan bahwa pada bulan April akan terjadi musim kemarau,
padahal kenyatanya musim hujan yang datang. Lalu memberi prediksi lagi bahwa
bulan Juli akan menjadi musim kemarau, namun pada kenyataannya yang datang
adalah musim hujan. Oleh karena itu para petani cabai menanam tanaman
hortikultura dan palawija seperti cabai dan bawang yang tentunya tidak bisa
dihasilkan secara optimal pada saat musim hujan.
III.b. Perbandingan harga cabai lokal dan cabai impor.
Berikut adalah perbandingan harga
cabai lokal dengan harga cabai impor yang sudah saya rangkum dari beberapa
sumber.
Cabai Lokal
|
Cabai Impor
|
||
Cabai Merah Besar
|
Rp90.000
|
Cabai Merah Besar
|
Rp45.000
|
Cabai rawit merah
|
Rp85.000
|
Cabai rawit merah
|
Rp50.000
|
Dari sini kita dapat melihat bahwa perbandingan harga cabai di Indonesia denga
harga cabai impor cukup jauh berbeda. Bahkan mencapai perbandingan sebesar 50%.
Walaupun beberapa masyarakat mengatakan bahwa rasa pedas cabai impor tidak
lebih pedas dari cabai lokal, namun pada kenyataannya, cabai impor sukses
meraja lela di pasar lokal.
Perlu diketahui disini, bahwa pada saat ini pasokan cabai impor yang masuk
dalam pasar tradisional adalah sebanyak 15 ton per harinya. Bayangkan bahwa sebanyak
itukah cabai impor yang masuk setiap harinya ke pasar tradisional. Ini tentu
saja akan membuat permintaan akan cabai lokal akan menurun drastis.
III. c. Akibat Yang Terjadi.
a. Permintaan akan cabai lokal akan
menurun drastis.
b. Petani cabai akan terus mengalami
kerugian karena cuaca ekstrim yang sedang terjadi di Indonesia.
c. Penawaran akan barang cabai yang
semakin tinggi, tidak diimbangi dengan permintaan dan minat para pembelinya,
yang akan membuat penumpukan cabai dan pembuangan secara sia-sia karena cabai
termasuk komoditi barang yang mudah busuk.
d. Pendapatan petani yang akan terus
menurun.
III.d. Langkah-Langkah dan Usaha-Usaha Penyelesaian Masalah
Pada permasalahan ini, saya akan mencoba untuk menganalisis usaha-usaha apa
saja yang dapat sekiranya mengurani atau bahkan mengatasi permasalahan ini.
Berikut adalah pendapat dari Hasanudin Ibrahim, Direktur Jenderal Hortikultura
Kementerian Pertanian, dia mengemukakan bahwa untuk menjamin produksi cabai agar
dapat mencapai target, dia menyiapkan beberapa langkah, yaitu;
a. Melakukan kerja sama dengan swasta
untuk membangun “ Cold Storage ”, sebuah ruangan pendingin agar kesegaran cabai
tetap terjaga dan tahan lama sehingga tidak mudah busuk.
b. Membuat “ Shading Net ”, sebuah
tenda naungan untuk melindungi tanaman cabai dari curah hujan yang tinggi.
c. Menggalakkan program penanaman cabai
di pekarangan, yang ditujukkan kepada ibu-ibu rumah tangga agar intensitas
curah hujan yang diterima dapat diatur.
Selain itu, pemerintah juga harus
memulai merencanakan beberapa langkah agar permasalahan ini dapat diatasi,
yaitu
a. Melakukan “terjun lapangan”, agar
pemerintah dapat melihat langsung keadaan yang sebenarnya tejadi.
b. Melakukan pendekatan dan konsultasi
dengan para petani cabai agar dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
cabai gagal panen.
c. Melakuakan investigasi pasar, agar
pemerintah dapat menganalisa perbedaan harga cabai pedagang dengan harga cabai
petani.
d. Menyiapkan pembasmi hama yang dapat
dijual kepada para petani untuk menekan jumlah hama dan penyakit pada tanaman
cabai.
e. Memperketat pengawasan terhadap
biaya transportasi pengiriman cabe dari daerah, agar tidak terjadi pungutan
liar yang dapat menaikkan harga cabai pada saat sampai ke tangan pedagang.
f. Tidak menetapkan suku bunga yang
terlalu tinggi, yang dapat menyebabkan investasi petani cabai menurun, sehingga
penyimpanan untuk masa yang akan datang tidak ada, dan tidak akan meningkatkan
pendapatan nasional Indonesia.
g. Pemerintah dapat membatasi
pemasukkan cabai impor, agar dapat memberi kesempatan pada para petani untuk
mengoptimalkan penjualan cabainya.
Apabila harga cabai relatif lebih mahal / naik, maka akan berdampak pada
penurunan daya beli dan permintaan akan barang tersebut menjadi turun. Dan
sebaliknya bila harga suatu barang relatif murah / turun, maka akan berdampak
pada peningkatan daya beli dan permintaan akan barang tersebut menjadi naik
pula. Namun lain halnya dengan penawaran, apabila harga cabai sedang naik, maka
akan meningkatnya pula penawaran akan barang tersebut. Dan sebaliknya jika
harga barang sedang turun, maka akan menurunnya pula penawaran akan barang
tersebut.
Pemicu kenaikkan harga cabai disebabkan oleh faktor cuaca yang ekstrim di
Indonesia. Oleh sebab itu, harga cabai impor yang relatif lebih murah dapat
menarik daya beli masyarakat Indonesia yang tingkat perekonomiannya masih
dibilang rendah. Dengan masuknya cabai impor ke Indonesia, maka akan sangat
berpengaruh pada pendapatan serta permintaan akan barang cabai ini. Jika
Indonesia terus mengalami keadaan seperti ini, maka petani cabai akan mengalami
kerugian karena mengingat bahwa cabai adalah kopmoditas barang yang mudah
busuk.
Namun semuanya tergantung pada tingkat kebutuhan masyarakat akan barang
tersebut. Dan segalanya itu terlepas dari faktor apa saja yang mempengaruhi
naik / turunnya harga dari suatu barang.
Untuk pemerintah Indonesia, sebaiknya segera mengambil suatu tindakan yang
bijak, lakukan turun lapangan dan melihat keadaan serta kondisi sebenarnya.
Dengan begitu, pemerintah dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi harga cabai sampai pada saat ini.
Dan tidak membiarkan produk impor
lebih menguasai pasar nasional dibandingkan dengan produk nasionalnya itu
sendiri, karena seperti yang kita ketahui, bahwa masih banyak rakyat Indonesia
yang menggantungkan kehidupannya pada bidang pertanian.
0 komentar:
Posting Komentar